Antara aku, kau dan teh pucuk
Malam minggu tanpa bintang dicirebon (bukan dikotanya). Malam minggu kemarin adalah my first meet with someone. Gue lupa artinya apaan, aduh kamus gue ketinggalan dikolong meja kelas. Pokoknya bisa dibilang semacam pertemuan pertama gue sama seseorang yang udah gue kenal selama 60 hari ini, lewat bbm. Jadi, malam itu gue janjian sama dia, ketemu di tempat emmmm.. Aduh gausah disebutin deh, pokoknya tempatnya disamping koramil. Udah yah gausah disebutin. Oh iya dia ini adalah orang yang sama yg pernah gue ceritain di blog gue, kalo kepo tebak sendiri aja yah hihi.
Gak seperti yang gue sangka sebelumnya, malam itu benar-benar seperti hadiah dari penantian panjang yang gue tunggu-tunggu. Kenapa penantian panjang? Itu karna ini bukan penantian pendek. Gausah bingung, jadi yang gue sebut penantian panjang adalah ketika gue menunggu satnight demi satnight biar bisa diajak malam mingguan sama dia. Aduhh.. Maafkan harapanku tuhan. Karna satnight-satnight sebelumnya itu terhalang oleh dua alasan, kalo gak latihan di studio yah hujan. Dan beruntungnya satnight kemarin gak hujan lalala... yeyeye... lalala... yeyeye... Eh, ngapain nyanyi yah? Ok, lanjut. Setelah gue ketemu sama dia, gue back home lagi buat naroh motor dan go out bareng dia, kita jalan berdua naek motor. Eh, skip deh kita berdua naik motornya aja, gak pake jalan. Ngeeeeng... Saat on the way, gue bener-bener baru tau kalo ni anak ternyata emang slengean abis, seru, dan gokil. Sambil nyetir dia nyanyi-nyanyi gajelas. Tapi cuma satu kata yg bisa gue tangkep dari syair-syair yang dia nyanyikan malam itu, yaitu "yerusalem". Gak cuma nyanyi, ternyata dia pinter nyindir juga, lewat bintang-bintang yang menghilang dilangit, dia ternyata nyindir perihal masa lalu gue. Tapi dia tetep asik.
Singkat cerita gue sampe disalah satu minimarket berpintu dua, ber ac, dan berlampu terang. Gue sama dia stop disitu, disitu lumayan sepi. Kemudian kita duduk dikursi depan minimarket tersebut, setelah menghela nafas dia bangun lalu masuk kedalam minimarket tersebut. Setelah sekitar 1 jam kurang 57 menit dia keluar membawa dua botol Teh Pucuk. Kemudian dia duduk dan ngasih teh pucuk ke gue, sambil bilang
"Udah nih buka sendiri ajah yah, gausah romantis2an lah" ucapnya dengan gaya slengeannya.
Setelah itu, kita berdua minum Teh Pucuk tersebut, dan kemudian memulai sepucuk obrolan, awal obrolan sih masih nyambung dan jelas yah, kalo gak salah kita bahas soal Ujian terus masalah kuliah. Tapi makin lama obrolan tambah gajelas, berhenti sejenak dan kita berdua meminum kembali teh pucuk tersebut. Jujur gue agak canggung dan malu, walaupun kadang gue emang sering malu-maluin. Tapi kali ini malunya beda, kaya ada manis-manisnya gitu. Dan ini aneh gue biasanya gak secanggung ini kalo malam mingguan sama seseorang, biasanya banyak omong dan rame tapi kali ini gue asli canggung sampe gue gak sadar udah nelanjangin botol teh pecuk yang gue minum. Kalo dia tau sih, aslinya gue lagi salting.
Beberapa saat, munculah hal-hal aneh dan lucu. Salah satunya adalah hadirnya sesosok bapak-bapak yang mengenakan baju TNI, yang gue rasa itu lebih mirip baju hanship kelunturan. Dengan wajah yang bingung dan misterius bapak-bapak tersebut justru malah tampak lucu dan cute dimata gue. Dan itu pun menjadi bahan candaan kita berdua. Masih banyak sih hal lucu lainnya seperti sesosok pria yang mengenakan celana TNI dan bapak-bapak yang memakai topi TNI hadir di depan pandangan kita berdua. Ada apakah dibalik embel-embel TNI ini? Apa jangan-jangan mereka merupakan saudara-saudara TNI yang terpisah pasca jatuhnya pesawat militer AD. Tapi entahlah egp.
Setelah itu kita kembali ke obrolan abstrak kita yang gak abstrak-abstrak banget itu. Sesekali gue liat mukanya, hanya untuk memastikan bahwa kumis tipisnya tidak hilang terbawa hembusan angin malam. Dan kalimat yang sering dia ucapkan berulang-ulang pada malam itu, yang sampe saat ini masih terngiang di fikiran gue.
"Cirebon rame yah" ucapnya sambil menatap jalan.
Dan gue sahut
"Cirebon dingin"
Tiba-tiba disela obrolan kita berdua, ternyata waktu sudah menunjukan pukul setengah 10 malam dan gue kemudian ngajak dia pulang. Karena kalau terlalu malam, gue takut berubah menjadi .......
And then, kita berdua go out from minimarket and go home. Saat on the way pulang, gue kembali mendengar kata itu lagi, yaitu "yerusalem" dan 1 kalimat yang membuat gue takut.
"Eh, aku udah merem nih" ucapnya sambil nyetir motor.
Kalimat itu bikin gue takut banget, takut nabrak. Karena akhir-akhir ini tingkat kecelakaan semakin membabi buta. Tapi untungnya dia melek lagi dan kembali bersyair. Telinga gue seperti terhiasi nada-nada mayor yang bahagia, walaupun cuma 1 kata yang gue tangkep dari syair-syair yang dia nyanyikan. Yap, "yerusalem".
Then, sampailah gue di belakang rumah gue. We stop there, tapi saat itu perasaan gue bagaikan ulat pucuk yang sedang merangkak menuju pucuk daun, tetapi saat akan sampai pucuk daun itu dipetik orang dan berhentilah ulet tersebut, sebelum sampai ke tujuannya.
Setelah dia pergi, gue pun beranjak pergi dari tempat itu menuju ke rumah, langkah demi langkah. Sesampainya di rumah nyokap tanya.
"Habis dari mana?" tanya nyokap.
"Abis maen" jawab gue sambil melangkah masuk kamar.
Sesampainya dikamar, gue duduk didepan cermin. Dengan tatapan kosong gue melihat bayangan gue didepan cermin dan tersenyum.
"Terimakasih untuk kesempatan ini tuhan" masih menatap cermin dan tersenyum.
Beberapa saat, munculah hal-hal aneh dan lucu. Salah satunya adalah hadirnya sesosok bapak-bapak yang mengenakan baju TNI, yang gue rasa itu lebih mirip baju hanship kelunturan. Dengan wajah yang bingung dan misterius bapak-bapak tersebut justru malah tampak lucu dan cute dimata gue. Dan itu pun menjadi bahan candaan kita berdua. Masih banyak sih hal lucu lainnya seperti sesosok pria yang mengenakan celana TNI dan bapak-bapak yang memakai topi TNI hadir di depan pandangan kita berdua. Ada apakah dibalik embel-embel TNI ini? Apa jangan-jangan mereka merupakan saudara-saudara TNI yang terpisah pasca jatuhnya pesawat militer AD. Tapi entahlah egp.
Setelah itu kita kembali ke obrolan abstrak kita yang gak abstrak-abstrak banget itu. Sesekali gue liat mukanya, hanya untuk memastikan bahwa kumis tipisnya tidak hilang terbawa hembusan angin malam. Dan kalimat yang sering dia ucapkan berulang-ulang pada malam itu, yang sampe saat ini masih terngiang di fikiran gue.
"Cirebon rame yah" ucapnya sambil menatap jalan.
Dan gue sahut
"Cirebon dingin"
Tiba-tiba disela obrolan kita berdua, ternyata waktu sudah menunjukan pukul setengah 10 malam dan gue kemudian ngajak dia pulang. Karena kalau terlalu malam, gue takut berubah menjadi .......
And then, kita berdua go out from minimarket and go home. Saat on the way pulang, gue kembali mendengar kata itu lagi, yaitu "yerusalem" dan 1 kalimat yang membuat gue takut.
"Eh, aku udah merem nih" ucapnya sambil nyetir motor.
Kalimat itu bikin gue takut banget, takut nabrak. Karena akhir-akhir ini tingkat kecelakaan semakin membabi buta. Tapi untungnya dia melek lagi dan kembali bersyair. Telinga gue seperti terhiasi nada-nada mayor yang bahagia, walaupun cuma 1 kata yang gue tangkep dari syair-syair yang dia nyanyikan. Yap, "yerusalem".
Then, sampailah gue di belakang rumah gue. We stop there, tapi saat itu perasaan gue bagaikan ulat pucuk yang sedang merangkak menuju pucuk daun, tetapi saat akan sampai pucuk daun itu dipetik orang dan berhentilah ulet tersebut, sebelum sampai ke tujuannya.
Setelah dia pergi, gue pun beranjak pergi dari tempat itu menuju ke rumah, langkah demi langkah. Sesampainya di rumah nyokap tanya.
"Habis dari mana?" tanya nyokap.
"Abis maen" jawab gue sambil melangkah masuk kamar.
Sesampainya dikamar, gue duduk didepan cermin. Dengan tatapan kosong gue melihat bayangan gue didepan cermin dan tersenyum.
"Terimakasih untuk kesempatan ini tuhan" masih menatap cermin dan tersenyum.
Comments
Post a Comment