Tuhan Kenapa Kembali Kau Ciptakan Jalan?
Setahun lebih telah berlalu, saat cerita bersamamu pada halaman pertama
dimulai. Cerita bersamamu-pun akhirnya hanya mampu terbungkus dalam sebuah wadah kenangan
hingga dipenghujung 2016 silam. Karena kamu lebih memilih pergi ketimbang
bertahan.Suruhmu aku cari yang lebih baik saja, yang lebih setara dan pantas bagiku.
Kamu remukkan hati yang sudah patah. Kamu jadikanku air mata yang terus
mengalir tanpa henti. Kamu biarkan aku menanggung mendung dan hujan, padahal
aku sudah kedinginan membeku karena menangisimu. Tapi rupanya air mata itu
lama-lama menghapus namamu juga dari hari-hariku. Rupanya pun Tuhan menggantinya
dengan seseorang yang ia kirim untuk mengembalikan tawaku yang hilang kemarin, saat tersapu
kesedihan yang berlarut-larut itu.
Bersamanya aku tertawa kembali, aku tersenyum kembali, dan aku belajar
menyayangi kembali. Pula hidupku begitu bebas setelah itu, seakan tak ada pagar
yang membatasi langkahku pergi. Aku punya banyak teman baru pula kegiatan baru.
Tapi tiba-tiba kamu datang kembali meminta hatiku yang kini sedang dibuat
bahagia orang lain. Kamu memintanya dengan menyesali hal yang dulu. Kemana
ucapanmu yang dulu saat kamu menyuruhku mencari yang lebih baik. Sudahkah kamu lupa? Herannya aku
tak tega meski dulu pernah ada hari terburuk menimpaku dari dampak kepergianmu.
Kuasa Tuhan yang memang dalam suratan takdirnya menciptakan kembali jalan
untukku dan kamu agar dibersamakan lagi. Memulai cerita lagi. Kamu memang masih
mengagumkan seperti dulu, tapi masih saja sikap itu tak hilang juga. Sikap yang
masih membesarkan ego dan kecemburuan. Kenapa kita tidak belajar dari
sebelumnya?.
Kadang pun aku masih kamu ragukan seakan tidak pernah nampak kepercayaanmu padaku. Padahal sepenuhnya aku percaya padamu. Sampai detik ini pun aku merasa kita tetap sama saja. Kesabaran dan kasih sayangku masih tak kamu syukuri. Sebab jarak yang memisahkan pun kamu tak mengerti. Kamu katakan aku tak menyanyangimu, hanya sayang lewat kata-kata saja, padahal kamu tak tau betapa doa’aku tak pernah ku lewatkan tuk sempatkan namamu agar bahagia selalu hidupmu, Agar selalu Allahku menjagamu serta keluargamu.
Kadang pun aku masih kamu ragukan seakan tidak pernah nampak kepercayaanmu padaku. Padahal sepenuhnya aku percaya padamu. Sampai detik ini pun aku merasa kita tetap sama saja. Kesabaran dan kasih sayangku masih tak kamu syukuri. Sebab jarak yang memisahkan pun kamu tak mengerti. Kamu katakan aku tak menyanyangimu, hanya sayang lewat kata-kata saja, padahal kamu tak tau betapa doa’aku tak pernah ku lewatkan tuk sempatkan namamu agar bahagia selalu hidupmu, Agar selalu Allahku menjagamu serta keluargamu.
Aku jadi tak tahu cinta tulus itu seperti apa? Kadang aku merasa kamu
tidak sepenuhnya menerimaku apa adanya. Makin hari aku sering menangis lagi,
dan menciptakan drama guyon dan senyuman palsu dihadapan orang-orang lagi. Apa
kamu tidak mengerti rasanya berusaha tapi tak dihargai? ; Rasanya sudah jujur
tapi tetap tidak dihargai? ; Rasanya sudah percaya tapi tak dipercayai?;
Rasanya menangis tanpa ada yang menenangkan?; Rasanya mengalah tapi tetap tak
dihargai?; Rasanya mengaku salah tapi tetap disalahkan?; Rasanya minta maaf
tapi tak dimaafkan?.
Kini sudah kutitipkan kamu lewat Allahku, jika sewaktu-waktu aku kembali
lelah dan tak bisa menemanimu bertahan. Bukan karna tak cinta, tapi karna kamu
yang tidak bisa bersyukur memilikiku.
-Dari Atika-
Dikesunyian malam menuju pagi.
Comments
Post a Comment