Sebatas Memori kecil
Untuk kedua kalinya tempat ini kudatangi. Saat itu untuk pertama kalinya aku pernah menulis namamu dalam secarik kertas putih bergaris. Namun, kedatanganku yang kedua disini, cukup untuk menguak ingatan tentangmu. Dari jalanan dan bau anginnya yang pernah kita lalui hingga aku berada disebuah jembatan bambu ini lagi. Tempat dimana aku pernah memikirkan dan menuliskan namamu dulu.
"Dingin sekali"
Pasca bangun tubuhku benar-benar menggigil. Seperti beku yang mencekik tulang-tulang. Tenggorokanpun rasanya kaku. Lalu mataku menatap sejenak pada chat history semalam. Lalu, kalimat rindumu yang takan jemu walau berulang-ulang ku tatap. Itu melegakan, sungguh.
Sejauh mata memandang dari jembatan bambu yang kupjiak, sunrice oranye yang kala itu benar-benar menentramkan. Tampaknya tuhan tengah mengajarkanku tentang artinya bersyukur. Memang, banyak hal yang lupa kusyukuri sejauh ini.
"Sejuk sekali, bau anginnya seperti cerita lama"
Sekali lagi, Semua yang pernah terjadi disini sekarang dan sebelumnya, hanya sebatas memori kecil dari sebagian besar memori yang ada. Sejauh ini aku belajar untuk tersenyum kala mengenang. Hingga mengingat-ingat kelak sudah tidak membuatku terluka lagi. Sekalipun mengingat semua hal tentangmu atau lebih tepatnya tentang kita. Walau masih sempat menangis, aku rasa itu sudah bukan sebuah luka. Itu hanya ironi drama yang kubuat-buat atas kelemahanku sendiri, Menyedihkan.
Semoga Tuhan selalu menabahkan untukku maupun kamu dan beberapa kenangan yg terbungkus dalam sebuah memori kecil.
Comments
Post a Comment