Bunga Untuk Bunga
Selalu ada ayunan angin menghempas perlahan melewati
celah-celah jendela kamarku. Pagi memang mempesona, itu sebabnya aku menyukai
untuk selalu bangun pagi. Sejuk dan Beraroma menyegarkan. Pagi membuatku tak
sungkan untuk menghela nafas maupun merentangkan tangan dengan menutup mata
sambil tersenyum. Sungguh pagi ialah anugerah tuhan serta pembawa bunga
cintaku. Dialah Bunga, Bidadari elok yang selalu menghipnotis mata. Hadirnya
membuat lengkap sudah tiap-tiap pagiku. Bunga, bunga cintaku.
Pagi itu aku memberanikan diri melangkah
menghampirinya yang tengah bercengkrama dengan handuk kecil dilehernya yang ia
balutkan dikeningnya yang sedikit berkeringat dengan perlahan. Pagi itu adalah
untuk pertama kalinya aku berbicara dengannya, setelah sekian lama aku mematung
diri dan hanya memandangnya dari jendela kamarku.
“Hai” Sapaku
“Hai juga” Jawab bunga.
“Lagi Olahraga yah?” Tanyaku.
“Iyah nih, abis lari 500 meter, eh aku mau lanjut
lari lagi nih duluan yah” jawab bunga sambil berlari kembali.
Sayangnya aku belum sempat memperkenalkan namaku
padanya. Tapi tak apa, waktu masih banyak, dan dia juga dekat ini, kami baru
bertetangga sekitar 2 minggu lebih beberapa hari.
Keesokan harinya...
Seperti Biasayanya Pagi sebelum aku beraktivitas,
aku selalu menantinya dijendela. Kemudian dia lewat begitu sajah dari
pandanganku. Aku hanya bisa mensenyuminya selepas ia pergi berlari.
Waktu menunjukan pukul 08:00 WIB. Akupun lantas
berangkat untuk pergi kuliah. Dari persimpangan jalan, ku lihat Bunga tengah
menunggu Bus di halte. Kemudian aku menujunya.
“Hai, Mau berangkat kuliah yah?” Tanyaku.
Bunga hanya mengangguk dan tersenyum sembari gelisah
melihat ke arah datangnya Bus.
“Bareng aku ajah, kan kampus kita sama” Ajakku.
“Engga, makasih” Jawabnya sambil tersenyum dan
kembali melihat kearah datangnya bus.
“Gak apa-apa kali kita kan tetangga, lagian ini udah
siang loh nanti telat” Ucapku.
“Emmm, Yaudah deh” Jawabnya sambil senyum dan
sedikit gelisah.
Setelah turun dari motor, Bunga mengucapkan terimakasih
dengan senyum, tatapan yang sedikit nanar kemudian perlahan membalikkan
badannya dengan jengkal langkah kakinya yang semakin menjauh dari pandanganku.
Entah kenapa ada sedikit pilu dihatiku saat dia akan pergi menatapku tadi.
Sudah sekitar 1 Minggu pagiku tanpa langkahan
lari-lari kecil bunga, dia membuat tidak lengkap pagiku selama seminggu ini.
Kemana dia? Kemana tuhan menyembunyikannya? Sungguh ini hari minggu yang tawar.
Aku Lantas pergi untuk jalan-jalan di taman sendirian, tanpa teman. Karena aku
memang sedang ingin sendiri menikmati sepi.
Langkah demi langkah menapakkan kaki, aku
terfikirkan Bunga, dia membuatku kacau seminggu ini. Padahal kami bertetangga
dan berkuliah 1 kampus tapi tak sehelai rambutpun kulihat darinya. Kemana Dia?.
Langkah demi langkah menerus sampai kulihat wanita menangis dibangku taman
dengan sesaknya. Langkah penasaranku pun membawa langkahan kaki kearahnya dan
Astaga itu Bunga.
“B..unga...” Sapaku.
Ia lantas segera menghapus air matanya yang tumpah
merata dipipinya. Matanya begitu sembab, mulutnya gemetar. Dia seperti
ketakutan dan sangat sendirian.
“Kamu kenapa?” Tanyaku heran.
“G...a...k” Ucapnya dengan mulut gemetar.
“Kamu kalo mau cerita gak apa-apa cerita ajah. Oh
iya sebelumnya, aku Dika tetangga kamu. Tenang ajah aku bukan orang jahat kok.
Aku bukan psikopat atau pedofil, jadi kamu gak usah takut. Aku juga bisa jaga
rahasia kok tenang ajah lagian juga aku gasuka gosipin orang kaya ibu-ibu yang
tiap pagi kalo pada beli sayur, yang gitu-gitu deh. Aku juga orang selow ajah
teru aku juga...”
“Stop.. stop.. stop hehehe” Ucapnya sambil tertawa
kecil dengan merundukan kepala sambil meutup mulutnya dengan tangan.
“Kok kamu malah ketawa sih?” Tanyaku heran.
“Kamu tuh aneh banget tau ngga hehehe” Jawabnya
dengan sambil tertawa merundukkan kepala.
“Oh gitu yah?” Jawabku dengan heran.
Tapi dari kejadian itu akhirnya kita berdua jadi
sedikit lebih akrab. Kita banyak ngobrol siang itu. Mungkin bunga emang lagi
kesepian dan butuh teman. Walaupun Bunga tidak menceritakan perihal tangisnya,
tapi Aku tetap bahagia. Bunga, bunga cintaku. Akhirnya saat ini tiba juga.
Semakin Hari kami Berdua semakin akrab. Kami bahkan
selalu berangkat ke kampus bersama-sama. Terimakasih Bunga, hari-hariku kini
jadi lebih indah.
Di suatu siang di hari sabtu aku melihat
sebuah mobil mewah terparkir dihalaman depan rumah Bunga. Beberapa saat
kemudian keluarlah seorang pria berpakaian formal dengan jas dan dasi bersama
Bunga serta ayah ibunya. Kemudian Pria itu pergi mengendarai mobilnya sembari
diiringi lambaian tangan mereka. Hatiku sedikit bertanya-tanya. Kemudian
esoknya kutanyakan pada Bunga dan Bunga bilang itu sepupunya.
Siang ini aku mengajak Bunga ke suatu tempat, yaitu
di Monumen Nasional (Monas).
“Kamu ngapain ngajak aku kesini dik?” Tanya Bunga
bingung.
“Ikut aku yuk” Ajakku sambil menarik tangannya.
“Tapi dik....”
Kemudian sampailah kita diatasnya.
“Dik?” panggil Bunga.
“Oke gini, kamu pasti bingung kenapa aku ngajak kamu
kesini. Jadi kamu kan pernah bilang ke aku kalau kamu pengen banget ngelihat
keindahan kota ini. Sekarang kamu lihat ke arah jendela. Dari atas sini kamu
bisa lihat betapa indahnya kota kita ini. Dari sini juga kamu bisa lihat bahwa
bumi itu bener-bener kelihatan bulatnya, coba ajah kamu lihat” Ucapku sembari
diakhiri senyum.
Bunga tampak senang dan begitu terpanah melihatnya.
Dia bunga cintaku.
Setelah cukup lama kami disitu. Aku mengajaknya
makan disuatu warung makan kecil, tapi Bunga tampak sangat menikmatinya. Dia
pun bercerita bahwa, sedari kecil dia tidak pernah sekalipun berada ditempat
setinggi itu, karena dia sebenarnya takut ketinggian. Tapi rasa takut itu
hilang ketika aku membawanya pada sebuah prespektif estetika kota.
Malam ini aku akan sangat kesulitan untuk tidur. Aku
tidak pernah menyangka akan sedekat ini dengan Bunga, orang yang setengah mati
ku kagumi. Setelah berfikir panjang, setelah apa yang udah kita berdua lewati,
dan kenangan-kenangan yang terukir setiap harinya, aku memutuskan untuk
menyatakan cintaku padanya. Bunga mawar merah yang kutumbuhkan sejak pertama
kali melihatnya akan kupersembahkan utuknya. Bunga, bunga cintaku.
Keesokan harinya...
Seperti Biasa pagi ini Bunga berlari-lari kecil
lagi, tapi pagi ini sudah berbeda karena Bunga tidak berlari sendirian lagi,
melainkan denganku. Canda tawa mengiringi langkah kami. Walaupun Bunga sering
bilang “Dasar Jelek” Setiap kali aku mencoba menggodainya.
Kami Berhenti sejenak di sebuah bangku taman.
“Bunga...” panggilku.
“Iyah dik” jawab Bunga.
“Nanti malam nonton yuk!” Ajakku.
“Kayanya lagi gak ada film yang enak deh” jawab
Bunga.
“Kalo gitu, Makan malam ajah gimana?” Tanyaku.
“Emmmm, OK!” jawab Bunga sambil tersenyum.
Malam Harinya...
Bunga mawar merahku ternyata belum mekar jadi belum
bisa aku serahkan kepada Bunga. Tak apa, yang pasti malam ini akan jadi malam
yang sangat membahagiakan untukku, semoga sajah.
Sampailah kami berdua disebuah Restaurant...
“Kamu gak becanda kan ngajak aku ke tempat ini Dik?”
Tanya Bunga.
“Mentang-mentang aku sering ngajakinnya ke warteg,
jadi pas ke tempat ginian di kira becanda” jawabku.
“Dasar Jelek” Ledek Bunga sambil tersenyum.
Setelah memesan makanan dan kemudian menyantapnya
sampai habis, aku lantas memberanikan diri untuk mengatakannya. Sambil memegang
kedua tangannya lalu menatap wajah eloknya aku buang semua keraguan.
“Bunga... aku mau kamu denger ini langsung dari
mulut aku. Selama ini aku gapernah sebegininya sama cewek. Banyak banget cewek
yang udah aku temuin tapi cuma kamu yang bisa ngebuat aku sesempurna ini dan
selalu ngerasa nyaman tiap deket kamu. Kamu beda sama cewe-cewe yang pernah aku
kenal. Kamu inget engga sejak pertama kali aku lihat kamu? waktu kamu baru
pindah dan kamu senyum ngeliat aku, saat itu aku langsung jatuh cinta
sama kamu. Mungkin kamu gak tau kalau setiap pagi aku selalu ngeliatin kamu
tiap kamu lari-lari. Pernah sekali aku nyamperin kamu dan baru beberapa kata
aku berucap kamu langsung pergi lagi, sampe suatu hari aku nemuin kamu lg
sedih, nangis ditaman dan kemudian aku bisa bikin kamu ketawa itu adalah
kesempatan awal yg aku tunggu-tunggu, sampe kita jadi sedeket ini dan sering
ngabisin waktu berdua kaya gini, atau yang lainnya kayak berangkat ke kampus
bareng, olahraga bareng, makan di warteg bareng, atau nonton dan hal lainnya.
Dari semua itu aku yakin banget kalo aku gak mungkin salah untuk bilang
kalau... Aku cinta sama kamu Bunga, Aku sayang samu kamu, Aku mau kamu jadi
pacar aku.”
Bunga cuma diam dan tiba-tiba dia meneteskan air
mata, entah apa maksudnya akupun lantas bertanya.
“Bunga kamu kenapa? Kamu gak suka sama aku?” tanyaku
dengan wajah memelas.
“Seharusnya aku bilang ini dari awal, kalo aku, aku
udah punya tunangan Dika” Ucapnya menangis sambil menunjukkan cincin di jari
manisnya.
“Sejak kapan kamu pake cincin itu, aku gak pernah
lihat sebelumnya” Tanyaku dengan masih tidak percaya.
“Aku baru pake malam ini, karena aku juga sempet
nduga kalau kamu bakal bilang itu” jawab Bunga.
“Siapa Dia?” Tanyaku.
“Orang yg pernah datang kerumah aku pake baju rapih
dan mobil mewah, yang aku bilang kalau dia sepupu aku dan Kita berdua akan
nikah bulan depan” Ucap Bunga dengan air mata yang terus mengalir.
“Kalo gitu selamat yah, Bunga” Ucapku dengan mata
yang berkaca-kaca.
Malam itu benar-benar menghancurkan semua mimpi dan
ekspektasiku akan Bunga yang ku kira adalah bunga cintaku. Aku bak Kayu yang
terbakar habis menjadi abu tanpa sempat kurasakan panasnya menjadi arang. Semua
kalimat yang ia ucapkan dimalam itu adalah cakar-cakar tajam yang
mencabik-cabik perasaanku. Apalagi saat dengan mudahnya dia bilang “Lupakan
aku!”. Tidak semudah itu Bunga. Hari-hariku menjadi kosong kembali bahkan
dengan pagi aku pun merasa muak. Kini aku telah membenci pagi. Pagiku berisi
luka. Betapa biadabnya luka sampai merusak kewarasanku akan berlogika.
Mawar merah yang kutumbuhkan untuknya kini mulai
tumbuh bermekaran. Tapi tidak dengan hatiku.Besok adalah hari pernikahan
mereka, surat undangan yang ku terima bak penistaan bagi diriki sendiri. Tapi
tabah haruslah bagi diriku. Karena Cinta yang tulus mengajarkan keikhlasan.
Tapi tetap aku tak mungkin mampu menatap mereka berdua, apalagi matanya. Pasti
akan selalu ada bayang-bayang kenangan itu. Seperti yang seharusnya. Bunga
mawar merah yang ku tumbuhkan, kini kurangkai seindah mungkin dan ku minta
seseorang untuk mengantarnya kepada Mereka berdua, karena aku tak mungkin
sanggup. Bunga untuk Bunga denga secarik pesan singkat yang bertuliskan.
“Semoga Kalian menjadi keluarga yang bahagia”
Dari sahabatmu, Dika.
#TAMAT.
By: Atika Oey
ReplyDeleteAdmin numpang promo ya.. :)
cuma di sini tempat judi online yang aman dan terpecaya di indonesia
banyak kejutan menanti para temen sekalian
cuma di sini agent judi online dengan proses cepat kurang dari 2 menit :)
ayo segera bergabung di fansbetting atau add WA :+855963156245^_^
F4ns Bett1ng agen judi online aman dan terpercaya
Jangan ragu, menang berapa pun pasti kami proseskan..
F4ns Bett1ng
"JUDI ONLINE|TOGEL ONLINE|TEMBAK IKAN|CASINO|JUDI BOLA|SEMUA LENGKAP HANYA DI : WWw.F4ns Bett1ng.COM
DAFTAR DAN BERMAIN BERSAMA 1 ID BISA MAIN SEMUA GAMES YUKK>> di add WA : +855963156245^_^